Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam bukan hanya sumber hukum dan petunjuk hidup, tetapi juga jendela untuk memahami kebesaran Allah SWT, ajaran moral, dan sejarah para nabi. Mempelajari Al-Qur’an secara mendalam, termasuk tafsir dan kandungannya, merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Di jenjang pendidikan menengah, mata pelajaran Al-Qur’an Hadis (Qurdis) hadir untuk membekali siswa dengan pemahaman yang lebih komprehensif.
Kelas XI semester 2 biasanya menjadi fase krusial dalam pendalaman materi Qurdis. Siswa diharapkan tidak hanya mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, tetapi juga mampu menginterpretasikan ayat-ayatnya, memahami konteks turunnya (asbabun nuzul), serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan menyajikan serangkaian contoh soal Qurdis kelas XI semester 2 yang mencakup berbagai aspek pembelajaran, dilengkapi dengan pembahasan mendalam untuk membantu siswa mengasah pemahaman dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Aspek-aspek yang Diujikan dalam Qurdis Kelas XI Semester 2
Pada semester kedua kelas XI, materi Qurdis umumnya berfokus pada:
- Tafsir Ayat-ayat Pilihan: Memahami makna, hikmah, dan relevansi ayat-ayat tertentu dari Al-Qur’an.
- Asbabun Nuzul: Mengetahui latar belakang dan sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, yang sangat membantu dalam memahami konteks dan maksud ayat.
- Hukum Bacaan Tajwid Tingkat Lanjut: Penerapan hukum bacaan tajwid yang lebih kompleks, seperti mad far’i yang beragam, ikhfa’ syafawi, idgham mimi, dan lain-lain.
- Hadis Pilihan: Memahami isi, makna, dan relevansi hadis-hadis yang berkaitan dengan akhlak, muamalah, dan akidah.
- Keterkaitan Ayat Al-Qur’an dan Hadis dengan Kehidupan: Mengaplikasikan ajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupan pribadi, sosial, dan bermasyarakat.
Mari kita bedah beberapa contoh soal yang mencakup aspek-aspek tersebut.
Contoh Soal dan Pembahasan Mendalam
Soal 1 (Tafsir Ayat Pilihan)
Perhatikan penggalan QS. Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi) berikut:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Pertanyaan:
a. Jelaskan makna dari frasa "الْحَيُّ الْقَيُّومُ" dalam ayat tersebut!
b. Apa hikmah yang dapat diambil dari firman Allah SWT "لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ"?
c. Mengapa Ayat Kursi disebut sebagai ayat yang agung dan memiliki keutamaan besar dalam Islam? Sebutkan minimal dua keutamaannya berdasarkan dalil!
Pembahasan:
a. Makna "الْحَيُّ الْقَيُّومُ"
Frasa "الْحَيُّ الْقَيُّومُ" merupakan dua dari Asmaul Husna (nama-nama terbaik Allah) yang memiliki makna mendalam:
- الْحَيُّ (Al-Hayyu): Allah Maha Hidup. Ini berarti Allah memiliki kehidupan yang sempurna, abadi, dan tidak akan pernah mati. Kehidupan-Nya tidak bergantung pada apapun dan siapapun, justru segala sesuatu bergantung pada-Nya. Kehidupan-Nya adalah sifat hakiki yang tidak didahului ketiadaan dan tidak akan diakhiri kematian.
- الْقَيُّومُ (Al-Qayyum): Allah Maha Berdiri Sendiri dan Maha Mengatur Segala Sesuatu. Ini berarti Allah tidak memerlukan pertolongan siapapun untuk menegakkan diri-Nya dan tidak memerlukan bantuan untuk mengurus ciptaan-Nya. Dialah yang menegakkan dan mengatur seluruh alam semesta, baik yang di langit maupun di bumi, serta segala isinya.
Gabungan kedua sifat ini menunjukkan kesempurnaan Allah sebagai Tuhan yang hidup abadi dan merupakan sumber dari segala kehidupan, serta pengatur tunggal atas seluruh eksistensi.
b. Hikmah dari "لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ"
Firman Allah SWT "لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ" (mengantukpun tidak, dan tidurpun tidak) mengandung hikmah yang sangat penting bagi kita:
- Kesempurnaan Sifat Allah: Menegaskan bahwa Allah tidak memiliki kelemahan manusiawi seperti rasa kantuk dan tidur. Sifat ini menunjukkan keagungan dan kesempurnaan-Nya yang tidak bisa disamakan dengan makhluk-Nya.
- Kewaspadaan Mutlak Allah: Allah selalu dalam keadaan sadar dan mengawasi seluruh ciptaan-Nya tanpa terlelap. Hal ini memberikan rasa aman dan ketenangan bagi hamba-Nya karena mereka selalu dalam penjagaan Allah.
- Keberlangsungan Pengaturan Alam: Karena Allah tidak pernah tidur atau lengah, maka pengaturan alam semesta berjalan dengan harmonis dan tanpa henti. Bumi, langit, dan segala isinya terus berputar dan berfungsi sebagaimana mestinya karena Dia yang terus menjaganya.
- Dasar Kepercayaan dan Tawakal: Mengetahui bahwa Allah tidak pernah tidur dan selalu menjaga hamba-Nya, mendorong kita untuk lebih bertawakal dan tidak perlu cemas berlebihan dalam menghadapi masalah.
c. Keutamaan Ayat Kursi
Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) adalah salah satu ayat teragung dalam Al-Qur’an karena mengandung tauhid yang paling murni dan sifat-sifat kesempurnaan Allah yang paling tinggi. Keutamaannya sangat banyak, di antaranya:
- Ayat Paling Agung dalam Al-Qur’an: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, ‘Ayat manakah dalam Kitabullah yang paling agung?’ Ubay menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau mengulanginya berkali-kali, lalu Ubay berkata, ‘Ayat Kursi.’ Maka Nabi SAW bersabda, ‘Wahai Abu Hurairah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ia memiliki lidah dan dua bibir yang mensucikan Arsy, dan ia berada di tiang Arsy.’" (HR. Muslim). Keagungan ini dikarenakan kandungannya yang memuat tauhid, sifat-sifat Allah yang luar biasa, dan kekuasaan-Nya yang mutlak.
- Pelindung dari Gangguan Setan: Membaca Ayat Kursi sebelum tidur diyakini sebagai benteng pelindung dari godaan setan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW mewakiliku untuk menjaga zakat Ramadan. Lalu datanglah seseorang yang mengambil makanan dengan rakus. Aku memegangnya dan berkata, ‘Aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah SAW.’ Ia berkata, ‘Jika engkau melepaskanku, aku akan mengajarkan kepadamu kalimat yang bermanfaat bagimu.’ Aku bertanya, ‘Apakah itu?’ Ia berkata, ‘Jika engkau hendak berbaring di tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi, niscaya akan senantiasa ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.’ Kemudian Nabi SAW bersabda, ‘Ia benar, padahal ia pendusta. Ketahuilah wahai Abu Hurairah, bahwa ia adalah setan.’" (HR. Bukhari).
- Memiliki Kedudukan Sangat Tinggi di Sisi Allah: Sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya, Ayat Kursi mensucikan Arsy dan berada di tiangnya, menunjukkan kedudukannya yang sangat istimewa di sisi Allah.
- Mendekatkan Diri kepada Allah: Membaca dan merenungkan Ayat Kursi adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, karena ia berisi pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Soal 2 (Asbabun Nuzul dan Relevansinya)
Perhatikan firman Allah SWT dalam QS. Al-Insyirah ayat 1-8:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ
الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
Pertanyaan:
a. Jelaskan asbabun nuzul dari QS. Al-Insyirah ini!
b. Bagaimana makna dari frasa "فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا"?
c. Kaitkan kandungan ayat ini dengan perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW dan berikan contoh bagaimana kita dapat mengaplikasikan makna "فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ" dalam kehidupan sehari-hari!
Pembahasan:
a. Asbabun Nuzul QS. Al-Insyirah
Menurut banyak riwayat tafsir, QS. Al-Insyirah turun untuk menghibur dan menguatkan hati Nabi Muhammad SAW ketika beliau mengalami masa-masa sulit dan cobaan yang berat dalam perjuangan dakwahnya. Beliau seringkali merasa sedih, terbebani, dan merasa usahanya belum membuahkan hasil yang maksimal. Beliau juga merasakan beban moral yang sangat besar dalam menghadapi penolakan, perundungan, dan permusuhan dari kaumnya.
Di antara masa-masa sulit tersebut adalah ketika beliau sangat berharap kaumnya beriman, namun mereka justru semakin menolak dan bahkan menyakiti beliau. Ada pula yang menyebutkan bahwa ayat ini turun setelah Nabi Muhammad SAW mengalami kesedihan yang mendalam atas meninggalnya dua orang yang sangat beliau cintai, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan istri tercinta, Khadijah Al-Khuwaylid. Periode ini dikenal sebagai "Amul Huzni" (Tahun Kesedihan).
Ayat-ayat ini turun sebagai bentuk kasih sayang Allah, mengingatkan beliau akan nikmat-nikmat yang telah diberikan, dan memberikan janji kemudahan setelah kesulitan.
b. Makna "فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا"
Frasa ini memiliki makna yang sangat mendalam dan menjadi sumber kekuatan serta optimisme bagi umat Islam. Terjemahannya adalah: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Makna utamanya adalah:
- Janji Kemudahan Setelah Kesulitan: Allah SWT menjanjikan bahwa setiap kesulitan yang dihadapi pasti akan datang kemudahan. Ini bukan berarti kemudahan akan datang setelah kesulitan selesai sepenuhnya, tetapi seringkali kemudahan itu hadir bersamaan atau mengiringi kesulitan itu sendiri.
- Kepastian dari Allah: Pengulangan frasa ini (menggunakan bentuk ta’kid atau penekanan) menunjukkan betapa pasti dan mutlaknya janji Allah ini. Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa kemudahan akan selalu mengikuti kesulitan.
- Motivasi dan Penghibur: Bagi orang yang beriman, ayat ini adalah hiburan dan motivasi terkuat untuk terus bersabar dan berjuang dalam menghadapi ujian hidup. Ia mengajarkan untuk tidak berputus asa ketika berada dalam kesulitan, karena di baliknya ada jalan keluar yang telah Allah siapkan.
- Siklus Kehidupan: Ayat ini juga mencerminkan realitas kehidupan. Hidup ini adalah siklus antara kesulitan dan kemudahan. Setelah hujan badai, pasti akan datang pelangi. Setelah malam gelap, pasti akan terbit fajar.
c. Aplikasi Makna "فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ" dalam Kehidupan Sehari-hari
Perintah "فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ" (Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya engkau berharap) memiliki dua makna utama yang sangat relevan untuk diaplikasikan:
-
Makna Pertama: Pantang Menyerah dan Terus Berusaha (Faidza faraghta fanshab)
- Dalam Kehidupan Pribadi: Jika kita telah menyelesaikan satu tugas atau pekerjaan, jangan berpuas diri atau bermalas-malasan. Segera cari dan mulai tugas atau pekerjaan berikutnya. Ini mendorong etos kerja yang tinggi, produktivitas, dan semangat untuk terus berkembang. Contoh: Setelah menyelesaikan PR, jangan langsung bermain game seharian, tapi cari kegiatan bermanfaat lain seperti membaca buku, membantu orang tua, atau belajar materi selanjutnya.
- Dalam Perjuangan Dakwah/Kebaikan: Dalam berdakwah atau berbuat kebaikan, ketika satu upaya telah selesai, jangan berhenti. Lanjutkan dengan upaya lain, cari cara baru, dan teruslah berjuang di jalan kebaikan. Nabi Muhammad SAW sendiri senantiasa berdakwah tanpa lelah.
- Dalam Mengatasi Kesulitan: Ketika satu kesulitan teratasi, jangan lengah. Segera persiapkan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya atau fokus pada langkah-langkah selanjutnya untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
-
Makna Kedua: Bergantung Sepenuhnya kepada Allah (Wa ila Rabbika farghab)
- Dalam Segala Urusan: Apapun urusan yang kita kerjakan, baik yang baru maupun yang lama, tujuan akhirnya adalah agar kita senantiasa memohon dan berharap hanya kepada Allah SWT. Ini mengajarkan tentang tawakal yang sejati. Kita berusaha semaksimal mungkin, namun hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah.
- Menghindari Kesombongan: Dengan selalu berharap kepada Allah, kita terhindar dari sifat sombong dan ujub (rasa bangga diri) atas keberhasilan yang kita raih. Kita sadar bahwa semua kekuatan dan keberhasilan datang dari Allah.
- Keteguhan Hati: Dalam menghadapi segala upaya, baik yang baru maupun yang lama, dengan senantiasa berharap kepada Allah, hati kita akan lebih tenang dan teguh. Kita tidak akan mudah goyah oleh kegagalan atau terbuai oleh kesuksesan, karena sumber harapan kita adalah Zat Yang Maha Kuasa.
Jadi, aplikasi ayat ini dalam kehidupan sehari-hari adalah menjadi pribadi yang proaktif, tidak mudah menyerah, selalu mencari peluang kebaikan baru, dan senantiasa memohon pertolongan serta berserah diri sepenuhnya hanya kepada Allah SWT.
Soal 3 (Hukum Bacaan Tajwid Tingkat Lanjut)
Identifikasikan hukum bacaan tajwid yang terdapat pada kata-kata yang digarisbawahi dalam ayat berikut, serta jelaskan alasannya!
… وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (QS. Az-Zalzalah: 8)
Pertanyaan:
a. Identifikasikan hukum bacaan tajwid pada kata "ذَرَّةٍ" (dharrah).
b. Identifikasikan hukum bacaan tajwid pada kata "يَرَهُ" (yarahu).
Pembahasan:
a. Hukum Bacaan Tajwid pada "ذَرَّةٍ" (dharrah)
Pada kata "ذَرَّةٍ" (dharrah), terdapat hukum bacaan Tajwid Tanwin Bertemu Huruf Ba’.
- Nama Hukum: Ikhfa’ Syafawi atau Ikhfa’ Haqiqi (tergantung penafsiran, namun yang paling umum adalah Ikhfa’ Haqiqi karena tanwin bukan mim). Lebih tepatnya adalah Ikhfa’ Haqiqi.
- Alasan: Tanwin fathah (ــًـ) pada huruf "ر" (ra’) bertemu dengan huruf "ب" (ba’) dalam satu kalimat. Ketika tanwin (atau nun sukun) bertemu dengan huruf "ب", maka tanwin tersebut dibaca samar (samar-samar terdengar nun mati) dengan disertai dengung sepanjang dua harakat, sambil bibir sedikit tertutup (seperti bersiap mengucapkan huruf "ba’" namun tidak sampai tertutup sempurna).
b. Hukum Bacaan Tajwid pada "يَرَهُ" (yarahu)
Pada kata "يَرَهُ" (yarahu), terdapat hukum bacaan Mad Badal.
- Nama Hukum: Mad Badal
- Alasan: Huruf "ي" (ya’) berharakat fathah (ــَـ), kemudian bertemu dengan hamzah (ء) yang berharakat sukun (ــْـ). Dalam kasus ini, hamzah sukun tidak diucapkan terpisah, melainkan hamzah tersebut diubah menjadi harakat yang sesuai dengan harakat sebelumnya, yaitu fathah. Sehingga "يَرَأُهُ" dibaca "يَرَاهُ" dengan mad thabi’i sepanjang dua harakat pada huruf alif yang terbentuk.
(Catatan: Terkadang ada juga yang menyebutnya mad ashli atau mad thabi’i karena setelah perubahan, ia menjadi mad thabi’i. Namun, asal mulanya adalah badal dari hamzah).
Soal 4 (Hadis Pilihan dan Relevansinya)
Perhatikan terjemahan hadis berikut:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada raga kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian dan amal perbuatan kalian." (HR. Muslim)
Pertanyaan:
a. Jelaskan makna tersirat dari hadis tersebut!
b. Mengapa hadis ini penting untuk dipahami dalam kehidupan seorang Muslim?
c. Berikan dua contoh konkret bagaimana kita dapat mengaplikasikan makna hadis ini dalam kehidupan sehari-hari!
Pembahasan:
a. Makna Tersirat Hadis
Makna tersirat dari hadis ini adalah bahwa nilai dan kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT tidak ditentukan oleh penampilan fisik luarnya, seperti tampan atau cantik, kaya atau miskin, bergelar atau tidak, tetapi semata-mata dinilai dari kualitas hati dan keikhlasan dalam beramal.
- Hati yang Bersih: Allah melihat ketulusan niat, keimanan yang teguh, keikhlasan, ketaqwaan, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang ada di dalam hati. Hati yang bersih adalah hati yang jauh dari riya’, takabbur, dengki, dan penyakit hati lainnya.
- Amal Perbuatan yang Saleh: Allah juga melihat bagaimana kualitas ibadah dan perbuatan baik yang kita lakukan. Apakah amal tersebut dilakukan dengan benar sesuai syariat, ikhlas karena Allah, dan memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Intinya, Allah Maha Melihat apa yang ada di dalam diri, bukan sekadar apa yang terlihat di luar.
b. Pentingnya Hadis Ini Dipahami
Hadis ini sangat penting untuk dipahami karena:
- Meluruskan Paradigma Penilaian: Hadis ini meluruskan paradigma penilaian yang seringkali keliru di masyarakat yang cenderung menilai seseorang dari penampilan fisik, harta, atau status sosial. Hadis ini mengingatkan kita bahwa penilaian tertinggi adalah dari Allah, dan itu berdasarkan sesuatu yang lebih fundamental, yaitu hati dan amal.
- Mendorong Perbaikan Diri dari Dalam: Dengan memahami bahwa Allah melihat hati, kita akan lebih termotivasi untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan akhlak mulia. Fokus kita akan bergeser dari sekadar memperbaiki penampilan luar menjadi memperbaiki kualitas spiritual dari dalam.
- Menjaga Keikhlasan dalam Beramal: Hadis ini menjadi pengingat agar setiap amal yang kita lakukan adalah murni karena Allah semata, bukan untuk mencari pujian manusia. Ketika kita sadar bahwa Allah melihat hati dan amal kita, kita akan lebih berhati-hati agar tidak melakukan riya’.
- Menumbuhkan Kerendahan Hati: Memahami bahwa Allah melihat hati dan amal kita akan menumbuhkan kerendahan hati. Kita tidak akan merasa lebih baik dari orang lain, karena kita sadar bahwa kualitas hati dan amal setiap orang adalah rahasia Allah dan hanya Dia yang berhak menilainya.
c. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
- Dalam Beribadah: Ketika shalat, puasa, atau beribadah lainnya, fokuslah untuk menghadirkan kekhusyukan dan keikhlasan dalam hati. Jangan hanya sekadar melakukan gerakan fisik, tetapi rasakan kehadiran Allah dan panjatkan doa dengan tulus. Hindari niat pamer ibadah kepada orang lain. Misalnya, ketika kita sedang shalat di tempat umum, fokuslah pada shalat kita dan jangan pedulikan pandangan orang lain, karena yang dinilai Allah adalah kekhusyukan hati kita.
- Dalam Berinteraksi Sosial dan Beramal: Ketika membantu orang lain, bersedekah, atau berbuat baik, lakukanlah dengan tulus tanpa pamrih dan tanpa berharap pujian. Niatkan perbuatan baik tersebut untuk mencari ridha Allah. Misalnya, ketika kita memberikan bantuan kepada tetangga yang membutuhkan, lakukanlah dengan senyum dan ketulusan, meskipun kita tahu tetangga tersebut tidak akan bisa membalasnya, karena Allah akan melihat ketulusan hati kita dan membalasnya berlipat ganda.
Penutup
Contoh-contoh soal di atas hanyalah sebagian kecil dari materi yang mungkin diujikan dalam Ulangan Akhir Semester (UAS) atau Penilaian Akhir Semester (PAS) mata pelajaran Qurdis kelas XI semester 2. Kunci utama dalam menguasai materi ini adalah pemahaman yang mendalam, bukan sekadar hafalan. Siswa didorong untuk terus membaca, merenungkan, dan mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an serta hadis-hadis Nabi dengan realitas kehidupan mereka.
Dengan latihan soal yang terstruktur dan pemahaman yang komprehensif, diharapkan siswa dapat lebih percaya diri dalam menghadapi ujian dan yang terpenting, dapat mengaplikasikan ajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal dunia dan akhirat.